Keperawatan Anak Masa Toddler
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Toddler adalah anak anatara rentang usia 12
sampai 36 bulan atau anak usia 1 – 3 th
. Toddler tersebut ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat
dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif lebih besar.
Secara sadar pada usia ini setiap anak yang
sedang bermain akan mengikuti aturan yang sama.AnaAnak-anak yang berusia antara
10-12 tahun telah mampu menggunakan dan mengikuti aturan sek-anak memahami
bahwa adanya aturan itu untuk mengarahkan permainan dan mengurangi pertentangan
antarpemain.Mereka memahami bahwa aturan adalah sesuatu yang diyakini oleh
setiap orang,sehingga apabila setiap orang ingin mengubahnya,maka aturan itu
dapat diubah.
Dalam perkembangan manusia, ketiga aspek
motorik, kognitif, dan psikososial saling berkaitan. Penguasaan keterampilan
baru membuat anak lebih percaya diri untuk ‘berpetualang’ di lingkungan yang
lebih luas dan beragam serta mengembangkan kemandiriannya. Untuk tema
perkembangan psikososial anak usia 2-4 tahun, saya ingin membahas beberapa
topik, yaitu perkembangan emosi dan keterampilan sosial, bermain, dan
kemandirian.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana perkembangan fisik anak usia tooddler
2.
Bagaimana perkembangan Psikososial Menurut Freud pada
anak Toddler
3.
Bagaimana perkembangan Kognitif Menurut Piaget pada
anak Toddler
4.
Bagaimana perkembangan Psikososial Menurut pandangan
Erik Erikson
5.
Bagaimana perkembangan Moral Menurut Pandangan
Kohlberg pada anak Toddler
6.
Bagaimana perkembangan Gerak Motorik Kasar dan Gerak
Motorik Halus pada anak Toddler
7.
Bagaimana perkembangan sosial dan kemandirian pada
anak Toddler
1.3 Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu memahami berbagai macam materi mengenai
perkembangan anak pada usia Toddler.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Perkembangan Fisik pada anak Toddler
Pertumbuhan
ditandai dengan perubahan ukuran bagian badan anak, yaitu dari kecil menjadi
besar. Sedangkan perkembangan ditandai oleh perubahan kemampuan, yaitu dari
pengetahuan yang terbatas pada waktu lahir menjadi kaya akan kemampuan, seperti
berjalan, berlari, tersenyum, berbicara, belajar, dan bergaul di kemudian hari.
Didalam mempelajari proses perkembangan manusia dengan tugas-tugas
perkembangannya kita harus memahami dengan baik istilah seperti ; belajar dan
kematangan. Belajar adalah adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh dengan
latihan atas dasar kematangan dari orang yang sedang belajar itu. Dan
kematangan adalah kelengkapan dari pertumbuhan dan perkembangan fungsi-fungsi
badan dan mental sehingga seseorang dapat menjalankan tugasnya dengan
sebaik-baiknya.
Mental
adalah mengenai keadaan psikologis, yaitu mencakup pikiran, status emosional
dan perilaku.
Toddler
adalah anak anatara rentang usia 12 sampai 36 bulan atau anak usia 1 – 3 th . Toddler tersebut ditandai dengan
peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan
kognitif lebih besar.
Perkembangan
Fisik :
A. Perubahan Proporsional
ü Kenaikan
BB 1.8 – 2.7 Kg/thn, Tb 7.5 cm/thn
ü LK
= LD . usia 1-2 thn
ü Fontanel
anterior menutup usia 12 – 18 bulan
ü LD
> Uk. Abdomen . pd tahun kedua
ü Pot
bellied
B. Perubahan Sensori
ü Penglihatan:
pada Visus 20/20 atau 20/40, Pandangan binokuler
ü Pendengaran,penciuman,
pengecap & perabaan berkembang dengan baik sehingga Koordinasi
baik dengan mengeksplorasi lingkungan
C. Kematangan Sistem
ü Sistem
Fisiologis relatif matang pada akhir
masa toddler
ü Myelinisasi
spinal cord lengkap pada usia 2 tahun
ü Otak
tumbuh lengkap 75 % pada akhir 2 thn, perkembangan korteks cerebri yang
spesifik, broca untuk bicara dan kortical untuk mengontrol kaki, tangan dan
sfinkter.
D. Saluran Pernafasan
ü Struktur
internal telinga dan tenggorokan lebih pendek & lurus
ü Jaringan
limfoid pada tonsil membesar & adenoid membesar sehingga sering mengalami
infeksi seperti Otitis media dan Tonsilitis & ISPA
E. Sistem Pencernaan dan Eliminasi
ü Proses
pencernaan mulai komplit, kapasitas perut meningkat, keasaman lambung
meningkat.
ü Dapat
mengontrol sfingkter secara fisiologis pada 18-24 bln, kapasitas Bladder
meningkat (usia 14-18 bln) dan anak
dapat menahan urin selama 2 jam/lebih
F. Kulit
ü Epidermis
& Dermis berkembang bersama, resisten terhadap infeksi
ü Barier
efektif terhadap kehilangan cairan
G. Mekanisme Pertahanan
ü Antibodi
mulai terbentuk : Ig G . pada tahun ke-2 akhir sedangkan Ig A, D, E meningkat
bertahap
2.2
Perkembangan
Psikososial Menurut Freud pada anak Toddler
Teori
perkembangan psikosesual anak menurut freud tahap anak, terjadi pada umur 1
tahun dengan perkembangan, kepuasan pada fase ini adalah pengeluaran tinja, anak
akan menunjukan keakuanya, sikapnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap diri
sendiri dan egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas
yang dapat dilaksanakan anak dapat latihan kebersihan.
2.3
Perkembangan
Kognitif Menurut Piaget pada anak Toddler
a. Fase
sensori motor
1) 2-24
bln . perkembangan cepat, masih sederhana dalam kemampuan mencari alasan
2) 13-18
bln memakai eksperimen yang aktif untuk mencapai tujuan yang sebelumnya, mulai
mengambil keputusan yang rasional dan alasan yang intelektual
3) Merasa
berbeda dengan orang lain ditunjukkan dgn keberanian melakukan hal-hal bersifat
resiko, tanpa ada ortu.
4) Sadar
akan adanya akibat yang dilakukan, dan tidak dapat menstransfer pengetahuan
yang baru
5) Belum
dapat mengaplikasikan obyek yang sempurna
6) 19-24
bulan merupakan akhir tahap sensorimotor yang mana dapat menduga sesuatu yang
mempunyai pengaruh padanya, Imitasi dengan meningkatkan simbol-simbol, mulai merasa mengantisipasi
waktu, suhu, mengingat dan mampu menunggu dan Berfikir dan berperilaku
egosentris
b. Fase
pre Konseptual
Dengan
karakteristik :
1) Egosentris
Ketidakmampuan
menempatkan situasi dari perspektif orang lain sehungga Implikasi Anak
membutuhkan opini/alasan dari orang lain
2) Transduktif
-Perpindahan
nilai-nilai yang buruk
-Alasan dari satu
bagian ke bagian lain implikasinya terima alasan anak
3) Organisasi
Global
Perubahan pada satu
bagian akan merubah seluruh bagian dan implikasi terima alasan anak.
4) Centration
Fokus lebih dari 1
aspek daripada kemungkinan alternatif lain
5) Animisme
Membedakan aktifitas
hidup pada obyek mati implikasi jaga agar anak tidak ketakutan
6) Irreversibility
Ketidakmampuan memutar
balikkan & merubah tindakan fisik yang dilakukan. Implikasi berikan penghargaan & instruksi yang
positif
7) Magical
Percaya bahwa pikiran mempunyai
kekuatan dan berakibat sesuatu. Implikasinya Jelaskan bahwa pikiran tidak
menyebabkan terjadinya sesuatu & hal itu tidak bertujuan
8) Ketidakmampuan
untuk menghemat
Tidak mampu berfikir
bahwa sesuatu dapat berubah ukuran, bentuk, volume, panjang. Implikasi merubah
persepsi akan pandangan anak
2.4
Perkembangan Psikososial Menurut pandangan Erik Erikson
Teori
Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori
perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu
teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson
percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu
elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan
persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui
interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan
pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan
orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan
dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori
Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial
Menurut
Erikson perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi antara proses-proses
maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan masyarakat dan
kekuatan-kekuatan sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari sudut
pandang seperti ini, teori Erikson menempatkan titik tekan yang lebih besar
pada dimensi sosialisasi dibandingkan teori Freud. Selain perbedaan ini, teori
Erikson membahas perkembangan psikologis di sepanjang usia manusia, dan bukan
hanya tahun-tahun antara masa bayi dan masa remaja. Seperti Freud, Erikson juga
meneliti akibat yang dihasilkan oleh pengalaman-pengalaman usia dini terhadap
masa-masa berikutnya, akan tetapi ia melangkah lebih jauh lagi dengan
menyelidiki perubahan kualitatif yang terjadi selama pertengahan umur dan
tahun-tahun akhir kehiduaan.
Teori
ini berpijak pada teori psikoanalisis, yang dikembangkan oleh Freud. Dalam
garis besarnya, Freud berpendapat bahwa kepribadian manusia adalah merupakan
hasil kateksis dari dorongan instintif manusia ke arah perilaku aktual. Ia
membagi komponen kepribadian manusia dalam 3 struktur, yaitu: id, ego, super
ego. Perilaku yang terjadi antara dan terbentuk pada manusia ialah interaksi
antara ketiga bagian struktur kepribadian tersebut.
Kemudian
Erikson (1958) mengembangkan teori perkembangan psikososial, yang menempatkan
fungsi ego sebagai sumber utama perkembangan anak dalam interaksinya dengan
lingkungan. Erikson berpendapat bahwa lingkaran kehidupan manusia beserta
institusi sosialnya tumbuh dan berkembang bersama-sama. Tiap tahap dalam
perkembangan manusia dipengaruhi dan diarahkan oleh elemen-elemen dalam masyarakatnya.
Keadaan psikologik, normal atau tidak normal, di samping tergantung pada
konflik dalam pribadi individu, juga tergantung pada hubungan individu tersebut
dengan masyarakat sekitarnya. Perkembangan terjadi akibat kesanggupan atau
kemampuan ego untuk mengatasi krisis atau potensi krisis yang dihadapinya.
Setiap anak atau individu dituntut untuk mencapai dan memiliki kebajikan dasar
tertentu dalam tiap-tiap fase perkembangan, untuk dapat bertahan dan
melanjutkan perkembangan. Erikson membagi proses perkembangan anak ke dalam 8
tahapan perkembangan dari bayi sampai tua, yaitu:
a. Kepercayaan
(basic trust) melawan ketidakpercayaan : 0 – 1,5 tahun,
b. Otonomi
melawan kebimbangan dan rasa malu: >1,5 – 3 tahun.
c. Inisiatif
melawan rasa bersalah: >3 – 6 tahun,
d. Industri
melawan rasa rendah diri: >6 – 12 tahun,
e. Identitas
melawan kekaburan peran: >12 – 18 tahun,
f. Keintiman
melawan isolasi: usia dewasa muda,
g. Kedermawanan
melawan stagnasi: usia setengah umur,
h. Integritas
melawan putus asa: usia tua.
2.5 Perkembangan Moral
Menurut Pandangan Kohlberg pada anak Toddler
Anak-anak
yang berusia antara 10-12 tahun telah mampu menggunakan dan mengikuti aturan
secara sadar.Pada usia ini setiap anak yang sedang bermain akan mengikuti
aturan yang sama.Anak-anak memahami bahwa adanya aturan itu untuk mengarahkan
permainan dan mengurangi pertentangan antarpemain.Mereka memahami bahwa aturan
adalah sesuatu yang diyakini oleh setiap orang,sehingga apabila setiap orang
ingin mengubahnya,maka aturan itu dapat diubah.
Kohlberg
menyusun teori perkembangan moral terdiri dari tiga level utama dengan dua
tahap pada setiap level.Konsep penting memahami teori Kohlberg adalah
internalisasi,artinya perubahan perkembangan dari perilaku yang dikontrol
secara internal.
Preconventional
reasoning (penalaran prakonvensional), merupakan level terbawah dari
perkembangan moral dalam teori Kohlberg.Anak tidak menunjukkan internalisasi
nilai-nilai moral.Penalaran moral dikontrol oleh hukuman dan ganjaran
eksternal.
Conventional
reasoning (penalaran konventional),adalah tahap kedua dari teori Kohlberg.Pada
tahap ini internalisasi masih setengah-setengah. Anak patuh secara internal
pada standar tertentu,tetapi standar itu pada dasarnya ditetapkan oleh orang
lain,seperti orang tua atau aturan sosial.
Pascaconventional
reasoning (penalaran pasca konvensional),level yang tertinggi,moralitas sudah
sepenuhnya diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar eksternal.
Individu mengetahui aturan-aturan moral alternatif,mengeksplorasi opsi,dan
kemudian memutuskan sendiri kode moral apa yang terbaik bagi dirinya.
2.6 Perkembangan Gerak Motorik
Kasar dan Halus
A.Motorik
Kasar
Gerak kasar adalah
gerakan yang melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan
tenaga, karena dilakukan oleh otot-otot besar, misalnya membalikkan badan,
berguling, merangkak, duduk, berdiri, melempar, berjalan, berlari, dsb.
Perkembangan
Motorik Kasar sebagai berikut :
a) Adanya
perkembangan locomotion
b) Usia
12-13 bulan berjalan sendiri dengan menggunakan penyangga
c) Usia
2-3 tahun posisi berdiri seperti binatang berkaki 2
d) Usia
2 tahun bisa berjalan turun naik kursi dan pada usia 2,5 thn .melompat berdiri
1 kaki, berjinjit
B.Motorik Halus
Gerak halus adalah gerak yang hanya
melibatkan sebagian kecil bagian tubuh/hanya bagian tubuh tertentu dan
dilakukan oleh otot-otot kecil sehingga tidak memerlukan tenaga, namun
memerlukan kecermatan dan fungsi koordinasi yang lebih kompleks, misalnya
menggerakkan bola mata, menggenggam, menulis, dan mengancingkan kancing baju.
Peningkatan
kemampuan manual dalam keterampilan/ketangkasan
a) 12
bln : Menggenggam obyek kecil
b) 15
Bln : Menjatuhkan lingkaran pada leher botol
c) 18
Bln : Melempar bola tanpa kehilangan keseimbangan
2.7
Perkembangan
Berbicara dan Berbahasa pada anak Toddler
A.Usia
12 Bulan
a. Anak
mulai berbicara kata-kata pertama (mungkin kata ajaib ‘mama’ atau ‘dada’) dan
pada akhirnya akan dapat berbicara 6-20 kosakata, dan memahami banyak lagi.
b. Mampu
untuk menanggapi permintaan sederhana seperti ‘Tolong tutup pintu’, terutama
jika dibantu dengan isyarat gerakan tangan.
c. Anak
akan mencoba untuk mengulang kata-kata Mum, terutama kata-kata dengan bunyi
huruf hidup atau kata-kata yang mengakhiri kalimat.
d. Akan
mencoba untuk bergabung dalam sajak.
B.Usia
18 Bulan
a. Menggunakan
2 kata yang dihubungkan bersama dan membuat kalimat dengan dua kata sederhana.
b. Berbicara
denga kata kunci, tetapi kehilangan kata penghubung.
c. Mengacu
pada namanya sendiri dan berbicara kepada diri sendiri saat bermain.
d. Anak
akan memiliki kosakata lebih dari 200 kata ketika mendekati hari ulang tahun
ke-2 nya.
C.Usia
24 Bulan
a. Anak
mengenali nama-nama orang yang akrab dengan dirinya dan mengenali nama-nama
bagian tubuh (seperti mata, hidung, telinga).
b. Mampu
melakukan percakapan sederhana, menggunakan kalimat dengan 2 sampai 4 kata.
c. Menikmati
pengulangan cerita favoritnya.
d. Mampu
menghitung sampai 10.
e. Mengulang
kata-kata yang didengar dalam percakapan. Jadi, hati-hati dengan apa yang umum
di katakan.
D.Usia
36 Bulan
a. Anak
dapat berbicara cukup baik dan mudah dipahami oleh orang lain.
b. Mampu
berkomunikasi dan menggunakan beberapa kalimat pendek dengan tata bahasa yang
benar.
c. Mampu
menyebutkan hal yang paling familiar, termasuk namanya sendiri, usia dan jenis
kelamin, serta nama teman.
d. Menggunakan
kata-kata seperti ‘saya’, ‘kami’, dan ‘kamu’ serta beberapa bentuk jamak
seperti ‘mobil’, ‘kucing’ dan ‘anjing’.
e. Mulai
mengajukan banyak pertanyaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi anak
berbicara
Awal masa kanak-kanak terkena sebagai masa tukang ngobrol, karena sering kali anak dapat berbicara dengan mudah tidak terputus-putus bicaranya. Adapun faktor-faktor yang terpenting didalam anak banyak bicara yaitu :
Awal masa kanak-kanak terkena sebagai masa tukang ngobrol, karena sering kali anak dapat berbicara dengan mudah tidak terputus-putus bicaranya. Adapun faktor-faktor yang terpenting didalam anak banyak bicara yaitu :
1) Inteligensi,
yaitu semakin cerdas anak, semakin cepat anak menguasai keterampilan berbicara.
2) Jenisdisiplin
Yaitu anak-anak yang cenderung dibesarkan dengan cara disiplin lebih banyak bicaranya ketimbang pada suatu kekerasan.
Yaitu anak-anak yang cenderung dibesarkan dengan cara disiplin lebih banyak bicaranya ketimbang pada suatu kekerasan.
3) PosisiUrutan
Yaitu anak sulung cenderung atau didorong orangtua untuk banyak berbicara daripada adiknya.
Yaitu anak sulung cenderung atau didorong orangtua untuk banyak berbicara daripada adiknya.
4) Besarnya
keluarga
5) Status
sosial ekonomi
6) Status
ras
7) Berbahasa
dua
8) Penggolongan
peran seks
2.8
Perkembangan sosialisasi dan kemandirian
Dalam perkembangan manusia, ketiga aspek
motorik, kognitif, dan psikososial saling berkaitan. Seperti yang sudah saya
sampaikan di materi perkembangan motorik dan kognitif, penguasaan keterampilan
baru membuat anak lebih percaya diri untuk ‘berpetualang’ di lingkungan yang
lebih luas dan beragam serta mengembangkan kemandiriannya. Untuk tema
perkembangan psikososial anak usia 2-4 tahun, saya ingin membahas beberapa
topik, yaitu perkembangan emosi dan keterampilan sosial, bermain, dan
kemandirian.
1) Perkembangan
emosi dan keterampilan sosial
Seiring perkembangan kemampuan berpikir dan
berbahasa, anak mulai mengenali emosi-emosi dasar, yaitu senang, sedih, takut,
kaget, marah, dan jijik. Emosi yang
ditunjukkan oleh orang lain lewat ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan kata-kata
juga ditangkap oleh anak dan menjadi semacam ‘petunjuk’ untuk bertingkah laku.
Contohnya, saat melihat anak lain menangis, ada anak yang mengusap-usap tangan
anak itu sambil berkata, “Jangan sedih, jangan nangis.” Anak juga tahu kalau
orangtuanya marah karena orangtua bicara dengan suara keras, intonasi (nada
suara) tinggi, dan ekspresi wajah cemberut. Atau, setelah pulang liburan anak
bercerita ke gurunya, “Aku senang banget kemarin jalan-jalan ke Taman Safari.”
Kemampuan anak untuk mengenali emosinya
sendiri dan emosi orang lain merupakan keterampilan sosial. Anak jadi mengerti apa yang sedang ia rasakan, dan
bisa mengerti perasaan orang lain. Tentu masih dengan pemahaman yang sederhana.
Murid-murid saya di usia 3-4 tahun sudah bisa diajak berdiskusi tentang “orang
yang tidak punya rumah” dan “orang yang tidak punya makanan”. Jawaban mereka,
rasanya ga enak, kan nanti kelaperan, kan kasihan, kalau ga punya rumah sedih ya,
kalau punya rumah senang ya karena ga kehujanan. Istilah “empati” yang sering
kita dengar kalau membicarakan perkembangan psikososial anak, awalnya dari
pengenalan emosi. Empati adalah kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan
orang lain, sehingga anak juga memahami sikap seperti apa yang perlu ia
tunjukkan.
Ada pula emosi yang lebih kompleks
seperti rasa malu, menyesal/merasa bersalah, iri, dan bangga. Emosi-emosi ini
disebut self-conscious emotions (emosi sadar-diri). Emosi-emosi ini membuat
anak menilai dirinya. Anak mengenal emosi-emosi tersebut dari interaksi dengan
orang lain. Anak merasa bangga bila berhasil atau dipuji, menyesal kalau ia
tahu sudah menyakiti orang lain, malu kalau gagal atau melakukan kesalahan, dan
iri bila melihat orang lain lebih baik. Emosi mana yang lebih berkembang dalam diri anak, sangat
dipengaruhi oleh lingkungannya.
Pemahaman terhadap emosi memungkinkan
anak untuk melakukan regulasi (mengatur) emosinya. Mulai usia 2 tahun atau saat
anak sudah bisa bicara, anak bercerita tentang perasaannya. Contohnya, “Aku ga
suka kalau mama marah-marah.” (Nah loh…) Strategi lain yang diterapkan anak di
antaranya berusaha memblokir rangsangan sensori yang masuk, misalnya menutup
telinga atau matanya, berbicara sendiri (“gapapa kok, gapapa, kan nanti di
rumah ketemu mama lagi”), atau melakukan kegiatan lain yang dapat membuat anak
melupakan emosi negatif yang dirasakannya. Untuk belajar mengatur emosi,
strategi-strategi tersebut sangat banyak dipelajari anak dari orangtua.
Misalnya, kalau orangtua marah-marah sambil memukul meja, sangat mungkin anak
menirunya. Sebaliknya, kalau anak mengekspresikan emosi marah dengan memukul
atau melempar barang, lalu orangtua mengajarinya (dengan sabar dan konsisten)
untuk sabar dan bicara baik-baik, anak juga belajar bahwa ada cara lain selain
marah-marah.
2) Bermain
Bermain
adalah urusan yang sangat serius bagi anak-anak, hehe…Awalnya anak bermain
sendiri (solitary play), lalu mulai bermain sendiri tapi dengan ada anak lain
di tempat yang sama (parallel play), kemudian bermain bersama anak lain
(collaborative play), baik anak yang sebaya, lebih tua, atau lebih muda.
Bermain bersama dapat mengembangkan keterampilan sosial di antaranya kemampuan
untuk berbagi, menunggu giliran, menyampaikan keinginan kepada orang lain, dan
melakukan percakapan.
Kegiatan
bermain, selain untuk stimulasi perkembangan motorik dan kognitif, juga
mengenalkan anak pada aturan. Anak usia 3-4 tahun sudah bisa bermain permainan
bersama yang memiliki aturan, seperti ular naga (semua anak harus lewat
‘terowongan’), halang-rintang (harus melewati rintangan dengan cara tertentu),
bermain pura-pura (siapa berperan jadi siapa, siapa yang bertugas memegang
peralatan apa), dan permainan lainnya. Jadi, saat anak bermain dengan orangtua
atau kakak yang jauh lebih tua pun, orangtua tidak perlu selalu mengalah ya 😁
Saat anak bermain dengan anak yang lebih kecil pun, anak perlu dibiasakan untuk
tidak ‘sewenang-wenang’ mengambil atau merebut barang hanya karena ia lebih
besar. Hal ini juga dapat membiasakan anak untuk mengenal fair play dan sikap
menghormati orang lain sejak kecil.
3) Kemandirian
Sebenarnya
poin ini juga sudah pernah saya bahas di tema-tema sebelumnya. Kemandirian
dibentuk secara bertahap, dan tentunya sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
Contohnya, anak usia 2 tahun akan sangat sulit untuk memasang kancing baju
sendiri karena keterampilan motorik halusnya belum memadai. Namun menjelang
usia 4 tahun, mereka sudah jauh lebih terampil. Mungkin kita juga bisa review
lagi tahapan perkembangan motorik dan kognitif anak usia 2-4 tahun.
Dalam
mendampingi anak untuk membentuk kemandirian, berikut hal-hal yang perlu
diperhatikan:
a. Tentukan
target dan bagi menjadi langkah-langkah yang lebih kecil. Misalnya memakai dan
membuka sepatu sendiri. Awalnya bisa dicoba dengan sepatu yang mudah dibuka
(tanpa tali atau Velcro). Tidak lupa, ajari anak untuk meletakkan sepatu dengan
rapi di tempat yang tepat (rak sepatu, loker, atau tempat khusus sepatu)
b. Anak
diberi contoh (dengan peragaan dan bisa juga dibantu gambar) dan diarahkan
secara verbal. Di awal, anak mungkin perlu contoh dan dibantu lebih dari satu
kali. Lama-kelamaan, anak bisa dipantau saja dari dekat tapi hanya perlu
diingatkan cara melakukannya secara verbal
c. Prioritaskan
keterampilan-keterampilan yang dalam waktu dekat sangat diperlukan anak dan
akan sering digunakan. Untuk usia 2-4 tahun, contohnya toileting, makan
sendiri, dan membawa barang miliknya sendiri (yang tidak terlalu berat).
Memakai baju dan sepatu, tahapannya cukup banyak. Di usia 4-5 tahun pun baru
benar-benar bisa dilakukan secara mandiri.
d. Hargai
setiap usaha anak. Kalau belum berhasil saat ini, tetap semangati anak dan
yakinkan bahwa ‘kegagalan’ itu tidak membuat anak jadi ‘jelek’.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan fisik pada
anak Toddler ditandai dengan perubahan ukuran bagian badan anak, yaitu dari
kecil menjadi besar. Sedangkan perkembangan ditandai oleh perubahan kemampuan,
yaitu dari pengetahuan yang terbatas pada waktu lahir menjadi kaya akan kemampuan,
seperti berjalan, berlari, tersenyum, berbicara, belajar, dan bergaul di
kemudian hari. Didalam mempelajari proses perkembangan manusia dengan
tugas-tugas perkembangannya kita harus memahami dengan baik.
Seiring perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa,
anak mulai mengenali emosi-emosi dasar, yaitu senang, sedih, takut, kaget,
marah, dan jijik. Emosi yang ditunjukkan
oleh orang lain lewat ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan kata-kata juga
ditangkap oleh anak dan menjadi semacam ‘petunjuk’ untuk bertingkah laku.
3.2 Saran
Pada
anak usia Toddler ini di harapkan orang tua senantiasa mendukung dan dapat
memotivasi anak untuk bisa mengembangkan apa yang menjadi hobi anak selagi itu
positif. Selain itu kembangkan pula apa yang menjadi potensi anak untuk bisa
berprestasi. Terus bimbing anak karena pada usia Toddler anak lebih aktif
dalam beraktivitas dan bersosialisasi
guna untuk melatih kemandirian anak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http//Perkembangan%20Sosial,%20Emosional%20&%20Kemandirian%20Anak%20Usia%200-6%20Tahun%20–%20jendelakeluarga.com.html diakses pada
hari minggu pukul 10:15
https//.PERTUMBUHAN%20DAN%20PERKEMBANGAN%20ANAK%20–%20salimchoiri.html diakses pada
hari minggu pukul 11:10
http//Perkembangan%20Psikososial%20dan%20Moral.html diakses pada
hari minggu 11:30.
Nice
BalasHapus